BAB II
PEMBAHASAN
2.1 EPISTEMOLOGI (TEORI
PENGETAHUAN)
1.Pengertian epistemologi.
Istilah epistemology dipakai
pertama kali oleh J.F.Fereire yang maksudnya untuk membedakan antara dua cabang
filsafat, yakni epistemologi dan ontologi (metafisika umum). Kalau dalam
metafisika, pertanyaan pokoknya adalah “apakah hal yang ada itu?” maka
pertanyaan dasar dalam epistemologi adalah”apakah yang dapat saya ketahui?”.
Epistemologi berasal dai kata
Yunani ”Episteme” dan “Logos”. Episteme biasa diratikan pengatahuan atau
kebenaran dan Logos diartikan pikiran, kata, atau teori. Epistemologi secara
etimologi dapat diartikan teori pengetahuan yang benar, dan lazimnya hanya
disebut teori pengetahuan yang dalam bahasa inggrisnya menjadi Theory of
Knowledge(Surajiyo,2005,hlm 53).
J.A. Neils Mulder menuturkan
bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang watak,
batas-batas dan berlakunya dari ilmu pengetahuan. Jacques Veuger mengemukakan,
epistemologi adalah pengetahuan tentang yang kita miliki sendiri bukannya
pengetahuan orang lain. Pendek kata pengetahuan kita yang mengetahui
pengetahuan kita.
Abbas hamami memberikan pendapat
bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang membicarakan tantang terjadinya
pengetahuan yang telah terjadi itu.
Apabila kita perhatikan definisi
dari epistemologi tampak bahwa semua pendapat hampir senada(Surajiyo,2005,hlm.
55).
2.Istilah-istilah lain yang
setara dengan epistemologi adalah:
1.Kritika pengetahuan.
2.Gnoseologi.
3.Kriteriologi.
4.Logika material.
5.Filsafat pengetahuan.
1.Kritika pengetahuan.
Maksud dari kritika di sini
adalah sejenis usaha manusia untuk menetapkan, Apakah sutu pikiran atau
pengetahuan manusia itu sudah benar atau tidak benar dengan jalan meninjaunya
secara mendalam. Jadi secara singkat dapatlah dikatakan bahwa kritika
pengetahuan menunjukkan kepada suatu ilmu pengetahuan yang berdasarkan tinjauan
secara mendalam berusaha menentukan benar tidaknya suatu pemikiran atau
pengetahuan manusia.
2.Gnoseologi.
Istilah gnoseologi berasal dari
kata “Gnosis” dan “Logos”, dalam hal ini Gnosis berarti pengetahuan yang
nersifat keilahian, sedang Logos berarti ilmu pengetahuan. Dengan demikian,
gnoseologi berarti ilmu pengetahuan atau cabang filsafat yang berusaha untuk
memperoleh pengetahuan. Khususnya pengetahuan yang bersifat keilahian.
3.kriteriologi.
Istilah kriteriologi berasal dari
kata kriterium yang berarti ukuran. Dalam hal ini yang dimasud adalah ukuran
untuk menetapkan benar tidaknya suatu pemikiran atau pengetahuan tertentu.
Dengan demikian, kriteriologi merupakan cabang filsafat yang berusaha untuk
menetapkan benar tidaknya suatu pemikiran atau pengetahuan berdasarkan ukuran
tentang kebenaran.
4.Logika material.
Istilah logika material sudah
mengandaikan adanya ilmu pengetahuan yang lain yang disebut logika formal.
Sesungguhnya istilah logika material ini secara khusus hanya terdapat pada
kepustakaan kefilsafatan belanda.
Apabila logika formal menyangkut
dengan bentuk pemikiran maka logika material menyangkut isi pemikiran. Dengan
kata lain, apabila logika formal yang biasa disebut logika, berusaha untuk
menyelidiki dan menetapkan bentuk pemikiran yang masuk akal, sedangkan logika
material berusaha untuk menetapkan kebenaran dari suatu pemikiran ditinjau dari
segi isinya.
5.Filsafat pengetahuan.
hakikat Secara singkat bahwa
filsafat pengetahuan merupakan salah satu cabang filsafat yang mempersoalkan
mengenai masalah hakikat pengetahuan. Apabila kita ingin berbicara tentang
filsafat pengetahuan maka yang dimaksud dalam hal ini adalah suatu ilmu
pengetahuan kefilsafatan yang yang secara khusus hendak memperoleh pengetahuan
tentang pengetahuan.
2.2 METODE ILMIAH
1 .Pengertian Metode ilmiah.
Metode ilmiah merupakan suatu
prosedur yang mencangkup berbagai tindakan pikiran, pola kerja, cara teknis,
dan tata langkah untuk mendapatkan pengetahuan baru atau mengembangkan
pengetahuan yang telah ada. Metode secara etimologi berasal dari bahasa
yunani”Meta”dan”Hodos”, Meta yang berarti sesudah dan Hodos yang berarti jalan.
Jadi metode berarti langkah-langkah yang diambil, menurut urutan tertentu,
untuk mencapai suatu pengetahuan yang benar yaitu suatu tata cara, teknik, atau
jalan yang telah dirancang dan dipakai dalam proses memperoleh pengetahuan
jenis apapun baik pengetahuan humanistik dan historis, ataupun pengetahuan
filsafat dan ilmiah.
Metode ilmiah biasanya disebut
juga metodologi. Metodologi merupakan bagian dari epistemologi yang mengkaji
perihal urutan langkah-langkah yang ditempuh supaya pengetahuan yang diperoleh
memenuhi ciri-ciri ilmiah. Metodologi juga dapat dipandang sebagai bagian dari
logika yang mengkaji kaidah penalaran yang tepat. Manakalah kita membicarakan
metodologi, maka hal yang tak kalah pentingnya adalah asumsi-asumsi yang
melatar belakangi berbagai metode yang dipergunakan dalam aktifitas ilmiah.
Asumsi yang dimaksud adalah pendirian atau sikap yang akan dikembangkan para
ilmuan di dalam kegiatan ilmiah mereka(Rizal Muntansyir dan Misnal Munir, 2003
,hlm. 107).2
2. Macam-macam metode Ilmiah
Secara garis besar metode ilmiah
dibagi dua,yaitu:
a.Metode ilmiah yang bersifat
umum
Metode ilmiah yang bersifat umum
dibagi menjadi dua, yaitu metode analitiko-sintesa dan metode nondeduksi.
Metode analitiko-sintesa merupakan gabungan dari metode analisis dan metode
sintesa. Metode nondeduksi merupakan gabungan dari metode induksi dan metode
induksi.
Metode analitis ialah cara
penanganan terhadap suatu objek ilmia tertentu dengan jalan memilah-milahkan
pengertian yang satu dengan pengertian yang lainnya. Apa bila kita menggunakan
metode analisis, dalam bagian terakhir kita akan memperoleh pengetahuan
analitis. Pengetahuan analitis itu ada dua macam, yaitu pengetahuan analitis
apriori dan pengetahuan analitis aposteriori.
Metode sintesa ialah cara
penanganan terhadap suatu objek tertentu dengan cara menggabungan pengertian
yang satu dengan pengertian yang lainnya sehingga menghasilkan suatu
pengetahuan yang baru.
Metode deduksi ialah cara
penanganan terhadap suatu objek tertentu dengan cara menarik kesimpulan
mengenai hal-hal yang bersifat khusus berdasarkan atas hal-hal yang bersifat
umum.
Metode induksi ialah cara
penanganan terhadap suatu objek tertentu dengan cara menarik kesimpulan yang
bersifat umum atau yang bersifat lebih umum berdasarkan atas pemahaman dan
pengamatan terhadap sejumlah hal yang bersifat khusus.
b.Metode penyelidikan ilmiah.
Metode penyelidikan ilmiah dapat
dibagi menjadi dua, yaitu metode penyelidikan yang berbentuk daur/metode siklus
empiris dan metode vertikal atau yang berbentuk garis lempang/metode linier.
Yang dinamakan metode siklus
empiris adalah suatu penanganan terhadap suatu objek ilimah tertentu yang
bersifat empiris-kealaman dan penerapannya dilakukan di tempat tertutup,
seperti di dalam laboratorium dan sebagainya.
Metode vertikal digunakan dalam
penyelidikan yang pada umumnya mempunyai objek material hal-hal yang pada
dasarnya bersifat kejiwaan, yaitu yang lazimnya berupa atau terjelma dalam
tingkah laku manusia dalam berbagai bidang kehidupan, seperti dalam bidang
politik, ekonomi, sosial dan sebagainya.
2.3 KEBENARAN ILMIAH
1.Arti kebenaran.
Kata ”kebenaran” dapat digunakan
sebagai suatu kata benda yang konkret maupun abstrak. Jika subyek hendak
menuturkan kebenaran artinya adalah proposisi yang benar. Proposisi maksudnya
adalah makna yang dikandung dalam suatu pernyataan atau statement. Apabila
subjek menyatakan kebenaran bahwa proposisi yang diuji itu pasti memiliki
kualitas, sifat, atau karakteristik, hubungan, dan nilai. Hal yang demikian itu
karena kebenaran tidak begitu saja terlepas dari kualitas, sifat, hubungan, dan
nilai itu sendiri.
Adanya berbagai macam kategori
sebagaimana disebut di atas, maka tidaklah belebihan jika pada saatnya setiap
subjek yang memiliki pengetahuan akan memiliki persepsi dan pengertian yang
amat berbeda satu dengan yang lainnya(Tim Dozen Filsfat Ilmu Fakultas Filsafat
UGM, 2003, hlm. 135).3
Dalam perkembangan pemikiran
filsafat perbincangan sudah di mulai sejak plato kemudian dilanjutkan oleh
Aristoteles. Plato memulai metode dialog membangun teori pengetahuan yang cukup
lengkap sebagai teori pengetahuan yang paling awal. Sejak itulah teori
pengetahuan berkembang terus untuk mendapatkan berbagai penyempurnaan hingga kini.
Untuk mengetahui teori kebenaran
kita mempunyai nilai kebenaran atau tidak. Hal ini berhubungan dengan sikap,
bagaimana cara memperoleh pengetahuan? Apakah hanya kegiatan dan kemampuan akal
pikir ataukah melalui kegiatan indra? Yang jelas bagi seorang skeptis
pengetahuan tidaklah mempunyai nilai kebenaran, karena semua itu meragukan atau
keraguan itulah yang merupakan kebenaran.
2. Macam-macam teori kebenaran.
Secara tradisional teori-teori
kebenaran itu adalah sebagai berikut:
1.Teori kebenaran saling
berhubungan(CoherenceTheory of Truth).
Teori koherensi di bangun oleh
para pemikir rasionalis seperti Leibniz, Spinoza, Hegel, dan Brandley. Menurut
Kattsof f(1986) dalam bukunya Elements of philosophy teori koherensi dijelaskan
bahwa”... Suatu proposisi cenderung benar jika proposisi itu dalam keadaan
saling berhubungan dengan proposisi lain yang benar, atau makna yang
dikandungnya dalam keadaan salin berhubungan dengan pengalaman kita.
Dengan memperhatikan teori
Kattsoff di atas, dapat diungkapkan bahwa suatu proposisi itu benar apabila
berhubungan dengan ide-ide dari proposisi yang telah ada atau benar, atau juga
apabila proposisi itu berhubungan dengan proposisi terdahulu yang telah benar.
Pembuktian teori kebenaran koherensi dapat melelui fakta sejarah apabila
merupakan proposisi sejarah atau memakai logika dengan pernyataan yang bersifat
logis.
2.Teori kebenaran saling
berkesesuaian(Correspondence Theory of Truth).
Teori kebenaran korespondensi
paling awal dan paling tua yang berangkat dari pengetahuan aristoteles yang
menyatakan bahwa segala sesuatu yang kita ketahui dapat dikembalikan pada
kenyataan yang dikenal oleh subjek.
Proposisi ini berpandangan bahwa
suatu proposisi bernilai benar apabila saling berkesesuaian dengan dunia nyata.
Kebenaran ini dapat dibuktikan langsung pada dunia nyata.
3.Teori kebenaran
inherensi(Inherent Theory of Truth).
Kadang-kadang teori ini disebut
juga teori pragmatis. Pandangannya adalah suatu proposisi bernilai benar
apabila memiliki konsekuensi yang dapat dipergunakan atau dimanfaatkan.Kattsoff
(1986) menguraikan tentang kebenaran teori pragmatis ini, bahwa penganut
pragmatisme meletakkan ukuran kebenaran dalam satu jenis konsekuensi. Atau
peoposisi itu dapat membantu untuk mengadakan penyesuaian yang memuaskan terhadap
pengalaman.
4.Teori kebekaran berdasarkan
arti(Semantik Theory of Truth).
Yaitu proposisi yang ditinjau
dari segi arti dan maknanya. Apakah proposisi yang merupakan pangkal tumpunya
mempunyai referensi yang jelas. Oleh karena itu, teori ini memiliki tugas untuk
menguak kesahan dari proposisi dalam referensinya.
Teori kebenaran semantik dianut
oleh faham filsafat analitika bahasa yang dikembangkan paska filsafat Betrand
Russell sebagai tokoh pemula dari filsafat analitika bahasa.
5.Teori kebenaran sintaksis..
Para penganut teori kebeharan
sintaksis, berpangkal tolak pada keteraturan sintaksis atau gramatika yang
dipakai oleh suatu pernyataan atau tata bahasa yang melekat. Sustu pernyataan
memiliki nilai benar apabila pernyataan itu mengikuti aturan sintaksis yang
baku, dengan kata lain apabila pernyataan tersebut tidak mengikuti aturan atau
keluar dari yangdisyaratkan maka proposisi itu tidak memiliki arti. Teori ini
berkembang diantara para filsuf analisis bahasa, terutama yang begitu ketat
terhadap pemakaian gramatika.
6.Teori kebenaran nondeskripsi.
Teori kebenaran non deskripsi
dikembangkan oleh penganut filsafat fungsionalisme. Karena pada dasarnya suatu
statement atau pernyataan akan mempunyai nilai benar yang amat tergantung peran
dan fungsi dari pernyataan itu.
7.Teori kebenaran logis yang
berlebihan(Logical sSuperfluity of Truth).
Teori ini dikembangkan oleh
positivistik yang di awali oleh Ayer. Pada dasarnya menurut teori kebenaran
ini, bahwa problema kebenaran hanya merupakan kekacauan bahasa saja dan
berakibat suatu pemborosan, karena pada dasarnya apa yang hendak dibuktikan
kebenarannya memiliki derajat logis yang sama yang masing-masing saling
melingkupinya.
KESIMPULAN
Dari makalah yang telah kami
buat, kami dapat mengambil kesimpulan bahwa pada dasarnya epistemologi
merupakan salah satu cabang filsafat yang mempelajari tentang teori pengatahuan
yang benar dan lazim. Dengan mempelajiri epistemologi kita dapat mengetahui
kebenaran dari sebuah pengatahuan.
Sedangkan metode ilmiah adalah
suatu prosedur yang mencangkup berbagai tindakan pikiran, pola kerja, cara
teknis, dan tata langkah untuk memperoleh pengetahuan baru atau mengembangkan
pengetahuan yang telah ada. Atau dengan kata lain metode ilmiah merupakan
langkah-langkah untuk menentukan sebuah pengetahuan itu mempunyai kebenaran
atau tidak.
Macam-macam teori kebenaran
antara lain:
1.Teori kebenaran saling
berhubungan(Coherence Theory of Truth).
2.Teori kebenaran saling
berkesesuaian(Correspondence Theory of Truth).
3.Teori kebenaran
inherensi(Inherent Theory of Truth).
4.Teori kebenaran berdasarkan
arti(Semantic Theory of Truth).
5.Teori kebenaran sintaksis.
6.Teori kebenaran nondeskripsi.
7.Teori kebenaran logis yang
berlebihan(Logikal Superfluity of Truth).
DAFTAR PUSTAKA
Muntansyir,Rizal dan Misnal
Munir. 2003. Filsafat Ilmu, Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Tim Dozen Filsafat Ilmu Fakultas
Filsafat UGM.2003. Filsafat Ilmu.Yogyakarta: Liberty Yogyakarta.
Surajiyo. 2005. Ilmu Filsafat
Suatu Pengantar. Jakarta:Bumi Aksara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar