Selasa, 17 September 2013

Teori Pengetahuan (FILSAFAT MIPA)




BAB II
PEMBAHASAN
2.1 EPISTEMOLOGI (TEORI PENGETAHUAN)
1.Pengertian epistemologi.
Istilah epistemology dipakai pertama kali oleh J.F.Fereire yang maksudnya untuk membedakan antara dua cabang filsafat, yakni epistemologi dan ontologi (metafisika umum). Kalau dalam metafisika, pertanyaan pokoknya adalah “apakah hal yang ada itu?” maka pertanyaan dasar dalam epistemologi adalah”apakah yang dapat saya ketahui?”.
Epistemologi berasal dai kata Yunani ”Episteme” dan “Logos”. Episteme biasa diratikan pengatahuan atau kebenaran dan Logos diartikan pikiran, kata, atau teori. Epistemologi secara etimologi dapat diartikan teori pengetahuan yang benar, dan lazimnya hanya disebut teori pengetahuan yang dalam bahasa inggrisnya menjadi Theory of Knowledge(Surajiyo,2005,hlm 53).
J.A. Neils Mulder menuturkan bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang watak, batas-batas dan berlakunya dari ilmu pengetahuan. Jacques Veuger mengemukakan, epistemologi adalah pengetahuan tentang yang kita miliki sendiri bukannya pengetahuan orang lain. Pendek kata pengetahuan kita yang mengetahui pengetahuan kita.
Abbas hamami memberikan pendapat bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang membicarakan tantang terjadinya pengetahuan yang telah terjadi itu.
Apabila kita perhatikan definisi dari epistemologi tampak bahwa semua pendapat hampir senada(Surajiyo,2005,hlm. 55).

2.Istilah-istilah lain yang setara dengan epistemologi adalah:
1.Kritika pengetahuan.
2.Gnoseologi.
3.Kriteriologi.
4.Logika material.
5.Filsafat pengetahuan.


1.Kritika pengetahuan.
Maksud dari kritika di sini adalah sejenis usaha manusia untuk menetapkan, Apakah sutu pikiran atau pengetahuan manusia itu sudah benar atau tidak benar dengan jalan meninjaunya secara mendalam. Jadi secara singkat dapatlah dikatakan bahwa kritika pengetahuan menunjukkan kepada suatu ilmu pengetahuan yang berdasarkan tinjauan secara mendalam berusaha menentukan benar tidaknya suatu pemikiran atau pengetahuan manusia.
2.Gnoseologi.
Istilah gnoseologi berasal dari kata “Gnosis” dan “Logos”, dalam hal ini Gnosis berarti pengetahuan yang nersifat keilahian, sedang Logos berarti ilmu pengetahuan. Dengan demikian, gnoseologi berarti ilmu pengetahuan atau cabang filsafat yang berusaha untuk memperoleh pengetahuan. Khususnya pengetahuan yang bersifat keilahian.
3.kriteriologi.
Istilah kriteriologi berasal dari kata kriterium yang berarti ukuran. Dalam hal ini yang dimasud adalah ukuran untuk menetapkan benar tidaknya suatu pemikiran atau pengetahuan tertentu. Dengan demikian, kriteriologi merupakan cabang filsafat yang berusaha untuk menetapkan benar tidaknya suatu pemikiran atau pengetahuan berdasarkan ukuran tentang kebenaran.


4.Logika material.
Istilah logika material sudah mengandaikan adanya ilmu pengetahuan yang lain yang disebut logika formal. Sesungguhnya istilah logika material ini secara khusus hanya terdapat pada kepustakaan kefilsafatan belanda.
Apabila logika formal menyangkut dengan bentuk pemikiran maka logika material menyangkut isi pemikiran. Dengan kata lain, apabila logika formal yang biasa disebut logika, berusaha untuk menyelidiki dan menetapkan bentuk pemikiran yang masuk akal, sedangkan logika material berusaha untuk menetapkan kebenaran dari suatu pemikiran ditinjau dari segi isinya.
5.Filsafat pengetahuan.
hakikat Secara singkat bahwa filsafat pengetahuan merupakan salah satu cabang filsafat yang mempersoalkan mengenai masalah hakikat pengetahuan. Apabila kita ingin berbicara tentang filsafat pengetahuan maka yang dimaksud dalam hal ini adalah suatu ilmu pengetahuan kefilsafatan yang yang secara khusus hendak memperoleh pengetahuan tentang pengetahuan.

2.2 METODE ILMIAH
1 .Pengertian Metode ilmiah.
Metode ilmiah merupakan suatu prosedur yang mencangkup berbagai tindakan pikiran, pola kerja, cara teknis, dan tata langkah untuk mendapatkan pengetahuan baru atau mengembangkan pengetahuan yang telah ada. Metode secara etimologi berasal dari bahasa yunani”Meta”dan”Hodos”, Meta yang berarti sesudah dan Hodos yang berarti jalan. Jadi metode berarti langkah-langkah yang diambil, menurut urutan tertentu, untuk mencapai suatu pengetahuan yang benar yaitu suatu tata cara, teknik, atau jalan yang telah dirancang dan dipakai dalam proses memperoleh pengetahuan jenis apapun baik pengetahuan humanistik dan historis, ataupun pengetahuan filsafat dan ilmiah.
Metode ilmiah biasanya disebut juga metodologi. Metodologi merupakan bagian dari epistemologi yang mengkaji perihal urutan langkah-langkah yang ditempuh supaya pengetahuan yang diperoleh memenuhi ciri-ciri ilmiah. Metodologi juga dapat dipandang sebagai bagian dari logika yang mengkaji kaidah penalaran yang tepat. Manakalah kita membicarakan metodologi, maka hal yang tak kalah pentingnya adalah asumsi-asumsi yang melatar belakangi berbagai metode yang dipergunakan dalam aktifitas ilmiah. Asumsi yang dimaksud adalah pendirian atau sikap yang akan dikembangkan para ilmuan di dalam kegiatan ilmiah mereka(Rizal Muntansyir dan Misnal Munir, 2003 ,hlm. 107).2
2. Macam-macam metode Ilmiah
Secara garis besar metode ilmiah dibagi dua,yaitu:
a.Metode ilmiah yang bersifat umum
Metode ilmiah yang bersifat umum dibagi menjadi dua, yaitu metode analitiko-sintesa dan metode nondeduksi. Metode analitiko-sintesa merupakan gabungan dari metode analisis dan metode sintesa. Metode nondeduksi merupakan gabungan dari metode induksi dan metode induksi.

Metode analitis ialah cara penanganan terhadap suatu objek ilmia tertentu dengan jalan memilah-milahkan pengertian yang satu dengan pengertian yang lainnya. Apa bila kita menggunakan metode analisis, dalam bagian terakhir kita akan memperoleh pengetahuan analitis. Pengetahuan analitis itu ada dua macam, yaitu pengetahuan analitis apriori dan pengetahuan analitis aposteriori.
Metode sintesa ialah cara penanganan terhadap suatu objek tertentu dengan cara menggabungan pengertian yang satu dengan pengertian yang lainnya sehingga menghasilkan suatu pengetahuan yang baru.
Metode deduksi ialah cara penanganan terhadap suatu objek tertentu dengan cara menarik kesimpulan mengenai hal-hal yang bersifat khusus berdasarkan atas hal-hal yang bersifat umum.
Metode induksi ialah cara penanganan terhadap suatu objek tertentu dengan cara menarik kesimpulan yang bersifat umum atau yang bersifat lebih umum berdasarkan atas pemahaman dan pengamatan terhadap sejumlah hal yang bersifat khusus.
b.Metode penyelidikan ilmiah.
Metode penyelidikan ilmiah dapat dibagi menjadi dua, yaitu metode penyelidikan yang berbentuk daur/metode siklus empiris dan metode vertikal atau yang berbentuk garis lempang/metode linier.
Yang dinamakan metode siklus empiris adalah suatu penanganan terhadap suatu objek ilimah tertentu yang bersifat empiris-kealaman dan penerapannya dilakukan di tempat tertutup, seperti di dalam laboratorium dan sebagainya.
Metode vertikal digunakan dalam penyelidikan yang pada umumnya mempunyai objek material hal-hal yang pada dasarnya bersifat kejiwaan, yaitu yang lazimnya berupa atau terjelma dalam tingkah laku manusia dalam berbagai bidang kehidupan, seperti dalam bidang politik, ekonomi, sosial dan sebagainya.

2.3 KEBENARAN ILMIAH
1.Arti kebenaran.
Kata ”kebenaran” dapat digunakan sebagai suatu kata benda yang konkret maupun abstrak. Jika subyek hendak menuturkan kebenaran artinya adalah proposisi yang benar. Proposisi maksudnya adalah makna yang dikandung dalam suatu pernyataan atau statement. Apabila subjek menyatakan kebenaran bahwa proposisi yang diuji itu pasti memiliki kualitas, sifat, atau karakteristik, hubungan, dan nilai. Hal yang demikian itu karena kebenaran tidak begitu saja terlepas dari kualitas, sifat, hubungan, dan nilai itu sendiri.
Adanya berbagai macam kategori sebagaimana disebut di atas, maka tidaklah belebihan jika pada saatnya setiap subjek yang memiliki pengetahuan akan memiliki persepsi dan pengertian yang amat berbeda satu dengan yang lainnya(Tim Dozen Filsfat Ilmu Fakultas Filsafat UGM, 2003, hlm. 135).3
Dalam perkembangan pemikiran filsafat perbincangan sudah di mulai sejak plato kemudian dilanjutkan oleh Aristoteles. Plato memulai metode dialog membangun teori pengetahuan yang cukup lengkap sebagai teori pengetahuan yang paling awal. Sejak itulah teori pengetahuan berkembang terus untuk mendapatkan berbagai penyempurnaan hingga kini.
Untuk mengetahui teori kebenaran kita mempunyai nilai kebenaran atau tidak. Hal ini berhubungan dengan sikap, bagaimana cara memperoleh pengetahuan? Apakah hanya kegiatan dan kemampuan akal pikir ataukah melalui kegiatan indra? Yang jelas bagi seorang skeptis pengetahuan tidaklah mempunyai nilai kebenaran, karena semua itu meragukan atau keraguan itulah yang merupakan kebenaran.
2. Macam-macam teori kebenaran.
Secara tradisional teori-teori kebenaran itu adalah sebagai berikut:
1.Teori kebenaran saling berhubungan(CoherenceTheory of Truth).
Teori koherensi di bangun oleh para pemikir rasionalis seperti Leibniz, Spinoza, Hegel, dan Brandley. Menurut Kattsof f(1986) dalam bukunya Elements of philosophy teori koherensi dijelaskan bahwa”... Suatu proposisi cenderung benar jika proposisi itu dalam keadaan saling berhubungan dengan proposisi lain yang benar, atau makna yang dikandungnya dalam keadaan salin berhubungan dengan pengalaman kita.
Dengan memperhatikan teori Kattsoff di atas, dapat diungkapkan bahwa suatu proposisi itu benar apabila berhubungan dengan ide-ide dari proposisi yang telah ada atau benar, atau juga apabila proposisi itu berhubungan dengan proposisi terdahulu yang telah benar. Pembuktian teori kebenaran koherensi dapat melelui fakta sejarah apabila merupakan proposisi sejarah atau memakai logika dengan pernyataan yang bersifat logis.
2.Teori kebenaran saling berkesesuaian(Correspondence Theory of Truth).
Teori kebenaran korespondensi paling awal dan paling tua yang berangkat dari pengetahuan aristoteles yang menyatakan bahwa segala sesuatu yang kita ketahui dapat dikembalikan pada kenyataan yang dikenal oleh subjek.
Proposisi ini berpandangan bahwa suatu proposisi bernilai benar apabila saling berkesesuaian dengan dunia nyata. Kebenaran ini dapat dibuktikan langsung pada dunia nyata.
3.Teori kebenaran inherensi(Inherent Theory of Truth).
Kadang-kadang teori ini disebut juga teori pragmatis. Pandangannya adalah suatu proposisi bernilai benar apabila memiliki konsekuensi yang dapat dipergunakan atau dimanfaatkan.Kattsoff (1986) menguraikan tentang kebenaran teori pragmatis ini, bahwa penganut pragmatisme meletakkan ukuran kebenaran dalam satu jenis konsekuensi. Atau peoposisi itu dapat membantu untuk mengadakan penyesuaian yang memuaskan terhadap pengalaman.
4.Teori kebekaran berdasarkan arti(Semantik Theory of Truth).
Yaitu proposisi yang ditinjau dari segi arti dan maknanya. Apakah proposisi yang merupakan pangkal tumpunya mempunyai referensi yang jelas. Oleh karena itu, teori ini memiliki tugas untuk menguak kesahan dari proposisi dalam referensinya.
Teori kebenaran semantik dianut oleh faham filsafat analitika bahasa yang dikembangkan paska filsafat Betrand Russell sebagai tokoh pemula dari filsafat analitika bahasa.
5.Teori kebenaran sintaksis..
Para penganut teori kebeharan sintaksis, berpangkal tolak pada keteraturan sintaksis atau gramatika yang dipakai oleh suatu pernyataan atau tata bahasa yang melekat. Sustu pernyataan memiliki nilai benar apabila pernyataan itu mengikuti aturan sintaksis yang baku, dengan kata lain apabila pernyataan tersebut tidak mengikuti aturan atau keluar dari yangdisyaratkan maka proposisi itu tidak memiliki arti. Teori ini berkembang diantara para filsuf analisis bahasa, terutama yang begitu ketat terhadap pemakaian gramatika.
6.Teori kebenaran nondeskripsi.
Teori kebenaran non deskripsi dikembangkan oleh penganut filsafat fungsionalisme. Karena pada dasarnya suatu statement atau pernyataan akan mempunyai nilai benar yang amat tergantung peran dan fungsi dari pernyataan itu.
7.Teori kebenaran logis yang berlebihan(Logical sSuperfluity of Truth).
Teori ini dikembangkan oleh positivistik yang di awali oleh Ayer. Pada dasarnya menurut teori kebenaran ini, bahwa problema kebenaran hanya merupakan kekacauan bahasa saja dan berakibat suatu pemborosan, karena pada dasarnya apa yang hendak dibuktikan kebenarannya memiliki derajat logis yang sama yang masing-masing saling melingkupinya.


KESIMPULAN
Dari makalah yang telah kami buat, kami dapat mengambil kesimpulan bahwa pada dasarnya epistemologi merupakan salah satu cabang filsafat yang mempelajari tentang teori pengatahuan yang benar dan lazim. Dengan mempelajiri epistemologi kita dapat mengetahui kebenaran dari sebuah pengatahuan.
Sedangkan metode ilmiah adalah suatu prosedur yang mencangkup berbagai tindakan pikiran, pola kerja, cara teknis, dan tata langkah untuk memperoleh pengetahuan baru atau mengembangkan pengetahuan yang telah ada. Atau dengan kata lain metode ilmiah merupakan langkah-langkah untuk menentukan sebuah pengetahuan itu mempunyai kebenaran atau tidak.
Macam-macam teori kebenaran antara lain:
1.Teori kebenaran saling berhubungan(Coherence Theory of Truth).
2.Teori kebenaran saling berkesesuaian(Correspondence Theory of Truth).
3.Teori kebenaran inherensi(Inherent Theory of Truth).
4.Teori kebenaran berdasarkan arti(Semantic Theory of Truth).
5.Teori kebenaran sintaksis.
6.Teori kebenaran nondeskripsi.
7.Teori kebenaran logis yang berlebihan(Logikal Superfluity of Truth).
















DAFTAR PUSTAKA
Muntansyir,Rizal dan Misnal Munir. 2003. Filsafat Ilmu, Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Tim Dozen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat UGM.2003. Filsafat Ilmu.Yogyakarta: Liberty Yogyakarta.
Surajiyo. 2005. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jakarta:Bumi Aksara.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar